PERANAN
MANUSIA DAN PENDIDIKAN
DALAM
PEMBANGUNAN
Tujuan Khusus Pengajaran
- Menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan
piembangunan
- Menjelaskan peranan sumber daya rnanusia dalam
pembangunan,
- Menganalisis keterhubungan antara sumber daya manusia,
pendidikan dan pembangunan,
- Menjelaskan konsep‑konsep perubahan masyarakat dalam
pembangunan,
- Mengemukakan satu definisi perencanaan dengan kalimat
sendiri,
- Menjelaskan rasional prinsip‑prinsip perencanaan,
- Menyusun suatu program jangka pendek dalam bidang
tertentu untuk lingkup suatu Rukun Tetangga,
- Menjelaskan kemampuan kemampuan yang diperlukan oleh
seorang perencana,
- Menyebutkan tingkat-tingkat perencanaan negara,
- Memilih pendekatan perencanaan pendidikan yang paling
sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini, dan
- Menjelaskan pentingnya perencanaan dalam kehidupan
individu dan kelompok.
GBHN 1993 menetapkan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur spiritual
dan material berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman dan tentramm tertib dan dinamis
serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan
damai.
Hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
Indonesia,
Sesuai dengan amanat GBHN tersebutt
di atas manusia merupakan titik sentral pembangunan karena manusialah sasaran
utama sekaligus sumgber daya pembangunan yang membuat perencanaa, melaksanakan
dan melakukajn pengawasn terhadap jalannya serta hasil pembangunan. Mengingat
begitu pentingnya manusia sebagai sumberdaya pembangunan, untuk itu
pendidikanlah yang paling berperan dalam mempersiapkan sumber daya manusia.
Menurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijabarkan
fungsi dan tujuan pendidikan sebagai berikut : Pasal 3 : Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional pasal
4 : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhjadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dari uraian diatas tampaklah bahwa
pendidikan merupakan asset sosial yang strategis dan realistis dalam upaya
meningkatkan sumberdaya manusia dalam pembangunan. Pelaksanaan pendidikan yang
berorientasi pada pembangunan akan menghadapi beberapa masalah antara lain :
(1) sumberdaya manusia yang bagaimanakah yang dibutuhkan dalam pembangunan ?
(2) Perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat yang telah dan akan terjadi.
Konsekuensi logis dari masalah pertama dan kedua diperlukan pelaksanaan
pendidikan yang berdayaguna dan berhasilguna. Sesuai dengan masalah tersebut
dalam uraian ini akan dibahas menurut sistematika sebagai berikut : (1)
Sumberdaya Manusia dalam pembangunan, (2) Perubahan masyarakat~(3) peranan
pendidikan dalam pembangunan, dan (4) Peranan Manusia dalam Pembangunan.
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM
PEMBANGUNAN
Dalam era pembangunan diperlukan
sumberdaya manusia yang berkualitas secara utuh. Konsepsi manusia seutuhnya
menunut Noor Syam dalarn buku Pangantai Dasar‑dasar Kependidikin (1980),
mencakup pengertian (1) Keutuhan potensi manusia sebagai subjek yang
berkembang, (2) Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subjet yang sadar
nilai (yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya). Potensi‑potensi
manusia sebagai subjek yang berkembang meliputi (1) potensi jasmaniah: phisik,
badan dan pancaindera yang sehat (normal). (2) potensi pikir (akal, rasio,
inteligensi), (3) potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan
etis moral maupun perasaan estetis, (4) potensi karsa (kehendak, kemauan,
keinginan, hasrat atau kocenderungan-kecenderungan nafsu termasuk Prakarsa).
(5) potensi cipta (daya cipta kreativitas, fantasi dan imajinasi) (6) potensi
karya (kemampuan menghasillkan, klerja, amal sebagai tindak lanjut dari point
I sampai dengan 5, atau tindakan dan lakon manusia), dan (7) potensi budi
nurani (kesadaran budi, hati nurani, kata hari, conscienci, geweten atau
gewessen yang bersifat super rasional). Ketujuh potensi itu merupakan potensi
dan watak bawaan yang potensial. Aktualisasi dari ketujuh potensi tersebut
menentukan kualitas kualitas pribadi seseorang.
Konsepsi keutuhan wawasan
(orientasi) manusia sebagi subjek yang sadar nilai. Tingkah laku manusia
terutama yang dewasa dan berpendidikan dipengaruhi oleh wawsan atau orientasi
terhadap nilai-nilai yang ada dalam kehidupan dan telah diakui kebenarannya.
Wawasan tersebut meliputi (1) wawasan dunia akhirat: cara pandang manusia
tentang kehidupan di dunia yang pasti akan berakhir dengan kematian, selanjutnya
akan diteruskan dalam kehidupan akhirat. Sesuai dengan pandangan ini manusia
berusaha untuk memperoleh kehidupan yang baik di akhirat, selain kehidupan yang
baik di dunia, untuk itu manusia berusaha untuk berbuat baik dan meninggalkan
dosa, (2) wawasan indivudalitas dan sosial yang seimbang, artinya tingkah laku
manusia yang didasarkan atas keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan masyarakat (3) wawasan jasmaniah dan rokhaniah, yaitu kesadaran
pribadi akan adanya kebutuhan jasmaniah seperti kesehatan, makanan bergizi,
olahraga, rekreasi, dan sebagainya ; dan kesadaran akan kebutuhan rokhani akan
nilai-nilai budaya, ilmu pengetahuan, kesenian dan nilai agama, dan (4) wawasan
masa lampau dan masa datang, yaitu cara pandang manusia untuk memperoleh
kebahagiaan atau kesejahteraan di masa datang dengan bercermin dari pengalamlan
masa lampau.
Sesuai dengan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa manusia yang berkualitas yaitu manusia yang mmapu untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal dan seimbang
sehingga potensi-potensi tersebut dapat diakutualisasikan dalam kehidupan
berupa tingkah laku dan perbuatan ; tingkah laku dan perbuatan yang merupakan
aktualisasi dari potensi-potensi tersebut perlu didasari dengan atau berorientsi
pada nilai-nilai dalam kehidupan yang memberikan arah dan pertimbangan dalam
bertingkah laku.
Emil Salim (1991) mengelompokkan
kualitas manusia atas 2 bagian yaitu kualitas fisik yang menyangkut sifat
lahiriah atau badaniah seperti ukuran dan bentuk tubuh, daya atau tenaga fisik,
kesegaran pribadi, kualitas hubungan dengan yang lain seperti hubungan dengan
Tuhan, alam lingkungan, masyarakat, dan sesama manusia, kualitas kekaryaan yang
tercermin dalam produktivitas, disiplin kerja, keswadayaan, kswakaryaan, dan
wawasan masa depan. Kedua kualitas manusia itu harus saling melengkapi secara
simbang.
Dalam rangka meningkatkan kualitas
manusia sebagai sumberdaya pembangunan Emil Salim mengemukakan perlunya
penekanan terhadap beberapa segi kualitas manusia yang meliputi :
Pertama kualitas spiritual, yang
menyangkut hubungan manusia dengan Tuahn. Dalam hubungan ini perlu ditumbuhkan
kesadaran mengembangkan segi-segi kehidupan spiritual yang benar dan
menghindari subjektivisme intuisi yang tidak tidak terkontrol oleh dimensi
sosial yang menjurus pada kultur. Segi-segi kehidupan spiritual seperti iman,
tagwa dan moralitas Perlu ditingkatkan. Dengan kemudian kepada Tuhan Yang Maha
Esa manusia sebagai makhluk individu yang bebas akan mamiliki kesempatan untuk
mengembangkan dirinya dalam pembentukan kepribadian. Untuk mengembangkan
kepribadian manusia memerlukan cara peribadatan untuk mencapai kualitas
spiritual umum yaitu taqwa”.
Penekanan kedua adalah pada kualitas
kemasyarakatan dan kualitas berbangsa. Masyarakat Indonesia bersifat majemuk,
sehingga diperlukan keterikatan lintas kelompok sebagaimana tercermin dalam
kualitas bermasyarakat dan berbangsa. Sebagai indikasi kualitas ini adalah
kesetiakawanan sosial, tanggung jawab dan disiplin sosial. kesetiakawanan
sosial akan tumbuh subur bila diimbangi dengan pertumbuhan keadilan sosial,
dimana sermua diperlakukan secara adil dan mempunyai kesempatan sama.
Tanggungjawab dan disiplin sosial tercermin pada kesadaran meletakkan
kepentingan umurm di atas kepentingan pribadi atau golongan. Komitmen ini harus
tumbuh atas dasar pemahaman dan bukan paksaan dari luar.
Penekanan ketiga adalah pada
kualitas kekaryaan yang dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor pribadi
(kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman sikap kerja), faktor
lingkungan dalam organisasi (situasi kerja, kepemimpinan), dan faktor
lingkungan luar organisasi (nilai‑nilai sosial, keadaan ekonomi dan lain‑lain).
Ketiga kualitas tersebut di atas
perlu dikembangkan pada diri manusia. Dengan pengembangan ketiga kualitas
tersebut akan dihasilkan manusia yang taqwa, memiliki kepekaan sosial dan
menjadi pribadi yang mandiri. Adapun pribadi mandiri memiliki komponen‑komponen,
sebagai berikut (1) bebas, yakni tumbuhnya tindakan atas kehendak sendiri dan
bukan karena orang lain, bahkan tidak bergantung pada orang lain, (2) progresif
dan uletseperti tampak pada usaha mengejar prestasi penuh ketekunan,
merencanakan, dan mewujudkan harapan hampannya, (3) berinisiatif yakni mampu
berfikir dan bertindak secara orisinil, kreatif dan penuh inisiatif, (4)
pengenalian dari dalam (internal locus of control), adanya kemampuan
mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan serta
kemampuannya mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri dan (5) kemantapan
diri (seff esteem, self confidence), mencakup aspek percaya diri dan
memperoleh kepuasan atas usahanya sendiri.
Menurut GBHN 1993‑1998, kualitas
manusia Indonesia adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri maju, tangguh, cerdas,
kreatif. terampil berdisiplin beretos kerja, profesional, bertanggung jawab,
dan produktif serta sehat jasmani dan rokhani. Manusia yang mempunyai jiwa
patriotik dan rasa cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai
para pahlawan dan berorientasi masa depan (GBHN, 1993).
Dari uraian‑uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa manusia yang memiliki berkualitas yang menjadi sumberdaya
pembangunan adalah manusia tiga aspek yang seimbang antara aspek pribadi
sebagai manusia individu, aspek sosial sebagai makhluk sosial dan aspek
kebangsaan. Manusia, yang demikian itulah yang diharapkan terwujud sebagai sumberdaya
pembangunan nasional.
PERUBAHAN MASYARAKAT
Pembangunan Jangka Panjang Pertama
telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat seperti peninkatan
taraf hidup masyarakat, peningkatan kecerdasan sebagai hasil dari peningkatan
pemerataan pendidikan jalur sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah,
kerukunan hidup beragama, perubahan tingkat kelahiran, peningkatan sumberdaya
alam dan sebagainya.
Di samping perubahan-perubahan yang
merupakan hasil pembangunan tersebut perubahan juga disebabkan oleh faktor
lain, seperti yang dikemukakan oleh Soedjatmoko (1991) yaitu (1) faktor perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (2) Faktor kependudukan, dan (3) Faktor ekologi
atau lingkungan hidup. Dengan adanya pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
lebih memudahkan dan melancarkan berbagai proses kehidupan manusia. Melalui
teknologi komunikasi yang canggih dunia menjadi lebih sernpit setiap saat
manusia bisa mengadakan interaksi sesamanya dengan mudah dan cepat, dapat
melakukan perjalanan dengan cepat, memperoleh informasi tentang kejadian di
berbagai tempat pada saat ketepatan dengan kejadiannya, dan masih banyak lagi
kemudahan-kemudahan yang bisa dinikmati sebagai akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti yang dipaparkan di atas secara tidak langsung
dapat juga berpengaruh negatif bagi kehidupan masyarakat, misalnya dengan
cepatnya arus komunikasi yang tidak terbendung memungkinkan masuknya
nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa ; walaupun hal ini
tetap kembali pada pribadi manusianya. Namun demikian realitas menunjukkan
bahwa belum semua pribadi warga negara sesuai dengan manusia yang diharapkan
dan ini merupakan hal berkembang yang wajar karena sebagian besar warga negara
sedang berkembang dalam proses bertumbuh dan berkembang.
Perubahan lain yang terjadi dalam
masyarakat adalah perubahan tingkat kelahiran. Dengan berhasilnya KB keadaan
penduduk di Indonesia tidak merupakan kurva normal, artinya usai kanak-kanak
lebih keci dari jumlah usia remaja. Banyak Sekolah Dasar yang mulai kehabisan
siswa, sebaliknya SMP, SMA dan perguruan tinggi makin kebanjiran siswa.
Walaupun KB berhasil nyata secara kuantatif penduduk Indonesia makin bertambah
karena bertambahnya usia subur. Bertambahnya penduduk ini menimbulkan perubahan
penyebaran penduduk tidak hanya dari desa ke kota tetapi juga antara satu pulau
ke pulau lain. Pertambahan penduduk berpengaruh terhadap pelestarian sumberdaya
laam. Berhektar-hektar tanah pertanian berubah fungsi menjadi pemukiman. Udara
segar yang semula dinikmati penduduk di dataran tingi berubah menjadi udara
panas, pohon-pohon ditebang, banyak hutang gundul akibat ulah manusia.
Pencemaran lingkungan semakin dirasakan, udara tercemar oleh asap industri yang
teus bertambah, walaupun bermunculan banyak industri untuk kepentingan hajat
hidup pembangunan masyarakat sendiri.
Arus globalisasi yang melanda dunia
saat ini ikut barubah kehidupan dunia. Emil Salim mengemukakan bahwa
globalisasi adalah dunia tanpa ”tapal batas”, yakni tanpa batas-batas
administrasi negara. Dunia menjadi amat transparan, satu peristiwa
terjadi di tempat lain dalam suatu negara, pengaruhnya dalam waktu singkatdapat
menembus langsung ke pelosok‑pelosok pedesaan di negara lain tanpa lagi sempat
menunggu “permisi” dari negara yang bersangkutan (Salim, 1990).
Dari hasil pembangunan, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan penduduk, keadaan kualitas dan
kuantitas lingkungan maupun arus globalisasi membawa perubahan‑perubahan
masyarakat yang tidak bisa dibendung baik perubahan itu bersifat positif dalam
memacu perkembangan pembangunan, maupun perubahan masyarakat yang bertentangan
dengan nilai‑nilai bangsa. Perubahan‑perubahan semacam. ita akan terus
berlangsung selama ada kehidupa dunia. Dalam proses perkembangan masyarakat
sebenamya manusialah yang tetap memegang peranan menentukan. Ini sesuai dengan
pendapat August Comte vang mengatakan bahwa proses evolusi akal budi serta
pemantulannya oleh masyarakat berjalan terus dan pasti mencapai tujuanya, namun
manusia masih memainkan peranan bebas. Oleh peranannya manusia dapat
mempercepat atau memperlambat datangnya zaman baru. Di samping itu manusia
dapat mengadakan variasi‑variasi (Veeger, K.J., 1986). Dan pendapat tersebut
dalam menghadapi berbagai tantangan yang melanda pembangunan yang sedang
dijalankan, faktor manusia sebagai sumberdaya pembangunan tetap mempunyai
peranan penting. dan ini memacu keharusan peningkatan kualitas manusia.
PERANAN PENDIDIKAN DALAM PEMBANGUNAN
Di muka telah diuraikan bahwa
pendidikan mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai
sumberdaya pembangunan dan menjadi titik sentral pembangunan. Manusia yang
berkualitas memiliki keseimbangan antara tiga aspek yang ada padanya, yaitu
aspek pribadi sebagai individu, aspek sosial dan aspek kebangsaan. Manusia
sebagai makhluk individu memiliki potensi fisik dan nirfisik; dengan potensi‑potensi
tersebut manusia mampu berkarya dan berbudi pekerti luhur. Manusia sebagai
makhluk soslaJ mempunyai kesetiakawanan sosial, tanggung jawab sosial dan
disiplin sosial. Manusia yang memiliki aspek kebangsaan mernpunyai rasa cinta
tanah air, jiwa patriotik dan berwawasan masa depan.
Berorientasi pada peningkatan
kualitas manusia Indonesia tersebut, maka peranan pendidikan dalam pembangunan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dalam meningkatkan manusia sebagai
makhluk individu yang berpotensi fisik dan nirfisik, dilaksanakan dengan
pemberian pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Pembentukan nilai adalah
nilai-nilai budaya bangsa dan juga nilai-nilai keagamaan sesuai dengan agama
masing-masing dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Proses transformasi tersebut berlangsung dalam jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. John Vaizei dalam bukunya Education
in the Modern World (1965) mengemukakan peranan pendidikan sebagai berikut
: (1) melalui lembaga mengemukakan peranan pendidikan tinggi dan lembaga riset
memberikan gagasan-gagasan dan teknik baru, (2) melalui sekolah dan
latihan-latihan mempersiapkan tenaga kerja terampil berpengetahuan, dan (3)
penanaman sikap.
Dalam menghadapi perubahan
masyarakat yang terus menerus dan berjalan secara cepat manusia dituntut untuk
selalu belajar dan adaptasi dengan perkembangan masyarakat sesuai dengan
zamannya. Dengan perkataan lain manusia akan menjadi ”pelajar seumur hidup”.
Untuk itu sekolah berperan untuk mepersiapkan peserta didiknya menjadi pelajar
seumur hidup yang mampu belajar secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai
sumber belajar baik yang ada di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut
Moedjiono dalam buku dasar-dasar Kependidikan (1986), mengemukakan bahwa
aktivitas belajar dalam rangka menghadapi perubahan-perubahan yang cepat di
dalam masyarakat menghendaki (1) kemampuan untuk mendapatkan informasi, (2)
keterampilan kognitif yang tinggi, (3) kemampuan menggunakan strategi dalam
memecahkan masalah, (4) kemampuan menentukan tujuan yang ingin dicapai, (5)
mengevaluasi hasil belajar sendiri, (6) adanya motivasi untuk belajar, dan (7)
adanya pemahaman diri sendiri.
Eksistensi kebangsaan nasional perlu
dipertahankan dengan berbagai cara antara lain memupuk identitas nasional pada
generasi muda, penanaman kesadaran nasional. Kesadaran nasional perlu
dibangkitkan melalui kesadaran sejarah. Kesadaran ini mencakup pengalaman
kolektif di masa lampau atau nasib bersama di masa lampau yang menggembleng
nation. Tanpa kesadaran sejarah tak ada identitas dan tanpa orang tak
kepribadian atau kepribadian nasional. Kesadarari nasional, menciptakan
inspirasi dan aspirasi nasional, keduanya penting untuk membangkitkan semangat
nasional. Nasionalisme sebagai ideologi perlu menjiwai setiap warga negara yang
wajib secara moral (moral commitment) dengan loyalitas penuh pengabdian
diri kepada kepentingan negara, (Kartidirdjo, 1993).
Prinsip nasionalisme sebagaian
tujuan pendidikan nasional adalah : (1) Unity (kesatuan‑persatuan) lewat
proses integrasi dalam sejarah berdasarkan solidaritas nasional yang melampaui
solidaritas lokal, etnis, tradisional, (2) Libcrty (kebebasan) setiap
individu dilindungi hak-hak azasinya, kebebasan berpendapat, berkelompok,
kebebasan dihayati dengan penuh tanggung jawab sosial, (3) Equality (persamaan)
hak dan kewajiban, persamaan kesempatan, (4) Berkaitan dengan prinsip ke 2, ke
3 ada prinsip kepribadian atau individualitas. Pribadi perorangan dilindungi
hukum antara lain dalam hak milik, kontrak, pembebasan dari ikatan komunal dan
primoriaL (5) Performance (hasil kerja) baik secara individual atau
kolektif. Setiap kelompok membutuhkan rangsangan dan inspirasi untuk memacu
prestasi yang dapat dibanggakan.
Dan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembudayaan, pernyatan dan
pengamalan nilai‑nilai budaya nasional yang akan mampu memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa.
PERANAN MANUSIA DALAM PEMBANGUNAN
Manusia sebagai subjek pembangunan
berperan aktif dalam pembangunan yaitu peran sebagai perencana, pelaksana dan
sekaligus sebagai pengawas. Selanjutnya dalam, uraian berikut ini akan
dibatasi pada peran manusia dalam perencana pendidikan dan pengawasan pembangunan
pendidikan.
Perencanaan pendidikan adalah
kegiatan memandang ke depan dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, biaya
dan sistem pendidikan yang diarahkan kepada kenyataan ekonomi dan politiiks,
untuk mengembangkan sistem itu sendiri dan untuk kebutuhan negara murid-murid
(Beeby, 1984).
PEMBANGUNAN SEBAGAI TINDAKAN
TERENCANA
Setiap orang dalam kehidupannya.
Tentu mempunyai keinginan baik keinginan jangka pendek, jangka menengah, mupun
jangka panjang. Agar keinginan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien,
upaya untuk mencapai keinginan tersebut perlu direncanakan sebaik‑baiknya.
Pada lingkup lebil luas, setiap
lembaga tentu mempunyai tujuan, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah
maupun jangka, panjang. Agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif dan
efisien, upaya untuk mencapai tujuan itu perlu direncanakan sebaik‑baiknya.
Pada lingkup makro hidup berbangsa
dan berngara di negeri ini misalnya. kita mempunyai tujuan jangka panjang
untuk: “melindungi segenap bangsa. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan memajukan kesejahretaan umun dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial…”. Untuk mencapai tujuan tersebut kita mempunyai rencana
pembangunan jangka panjang selama 25 tahun, rencana pcmbangunan jangka menengah
selama 5 tahun, dan rencana pembangunan jangka pendek selama I tahun. Sejak
tanggal I April 1995 kita telah memasuki pembanguna jangka panjang kedua, 5
tahun pertama pembangunan jangka menengah serta pembangunan jangka pendek tahun
pertama.
Untuk memberikan pemahaman pengantar
sekitar perencanaan, berikut ini akan dibahas topik-topik pengertian
perencanaan, prinsip-prinsip perencanaan, langkah‑langkah perencanaan,
kemampuan perencana, tingkat-tingkat perencanaan pendidikan.
Pengertian Perencanaan
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
seorang akan selalu memeiliki tujuan dan cara mengerjakan, mengambil waktu
tertentu, serta mengambil tempat tertentu. Dengan demikian, perencanaan, dapat
didefinisikan sebagai upaya menentukan apa yang akan dikerjakan, bagaimana
cara, mengerjakan, bilamana dikerjakan, serta di mana dikerjakan untak mencapai
tujuan tertentu.
Definisi di atas menunjukkan bahwa suatu
perencanaan minimal mengandung unsur‑unsur tujuan, metode, waktu, dan
tempat. Unsur-unsur perencanaan ini merupakan unsur minimal dalarn perencanaan
individual. Bila perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan kelompok, maka
masih harus ditarnbah lagi dengan unsur pembagian tugas. Jadi, untuk
kepentingan kelompok, perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya menentukan
apa yang akan dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, bilamana dikerjakan, di
mana dikerjakan, serta siapa yang mengerjakan, untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Atmosudirdjo (1982), setiap
rencana mengandung tiga ciri khas, yakni: (1) selalu mengenai masa mendatang
(future, teokomtst), (2) selalu mengandung kegiatan‑kegiatan tertentu
dan bertujuan (action, doelstellige activiteiten) yang akan dilakukan,
dan (3) mesti ada alasan sebab, motif atau landasan baik personal (pribadi,
perorangan) organisasional maupun kedua‑duanya.
Apa yang dikemukakan oleh Prajudi
Atmosudirdjo selain memuat unsur penting dalam perencanaan, juga menekankan
pentingnya alasan yang mendasari pembuatan suatu perencanaan. Setiap perencanaan
yang dibuat harus memliliki alasan yang kuat, baik alasan praktis maupun alasan
ideal.
Prinsip‑prinsip Perencanaan
Agar perencanaan dapat menghasilkan
rencana yang efektif dan efisien, prinsip‑prinsip berikut patut diperhatikan.
(1) Perencanaan hendaknya mempunyai dasar nilai yang jelas dan mantab. Nilai
yang menjadi dasar bisa berupa nilai budaya, nilai moral, nilai refigius,
maupun gabungan dari ketiganya. Acuan nilai yang jelas dan mantab akan
memberikan motivasi yang kuat untuk menghasilkan rencana yang sebaik‑baiknya;
(2) Perencanaan hendaknya
berangkat dari tujuan umum. Tujuan umum itu dirinci menjadi khusus, kemudian
bila masih bisa dirinci menjadi tujuan khusus, itu dirinci menjadi lebih rinci
lagi. Adanya rumusan tujuan umum dan tujuan‑tujuan khusus yang terinci akan
mcnyebabk‑an berbagai unsur dalam perencanaan memiliki relevansi yang tinggi
dengan tujuan yang akan dicapai ; (3) Perencanaan hendaknya realistis. Perencanaan
hendaknya disesuaikan dcngan Sumberdaya dan dana yang tersedia. Dalam hal
sumber daya, hendaknya dipertimbangkan kuantitas maupun kualitas manusia dan
perangkat penunjangnya. Perencanaan sebaiknya tidak mengacu pada sumber daya
dan dan yang diperkirakan akan dapat disediakan, melainkan pada sumber daya dan
dana yang nyata‑nyata ada; (4) Perencanaan hendaknya mempertimbangkan kondisi
sosio budaya masyarakat, baik yang mendukung maupun menghambat pelaksanaan
rencana nanti. Kondisi sosio budaya tersebut misalnya sistem nilai, adat
istiadat, keyakinan, serta cita‑cita. Terhadap kondisi sosio budaya ymg
mendukung pelaksanaan rencana, hendaknya telah direncanakan cara memanfaatkan
secara makisalm faktor pendukung itu. Sedangkan terhadap kondisi sosio budaya
yang menghambat, hendaknyta telah direncanakan cara untuk mengantisipasinya dan
menekannya menjadi sekecil-kecilnya dan (5) Perencanaan hendaknya fleksibel.
Meskipun berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan rencana telah
dipertimbangkan sebaik-baiknya, masih mungkin terjadi hal-hal di luar
perhitungan perencana ketika rancana itu dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam
membuat perencanaan, hendaknya disediakan ruang gerak bagi kemungkinan
penyimpangan dari rencana sebagai antisipasi terhadap hal-hal yang terjadi di
luar perhitungan perencana.
Langkah‑langkah Perencanaan
Pada garis besarnya suatu
perencanaan akan melalui langkah-langkah sebagai berikut : (1) Menetapkan
tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang ditetapkan ini merupakan rincian dari
tujuan yang lebih umum, entah tujuan individual maupun tujuan kelompok ; (2)
menetapkan standar keberhasilan. Standar keberhasilan ini melilputi standar
kualitas (3) menetapkan sistem evaluasi. Sistem evaluasi ini mencakup evaluasi
proses dan evaluasi hasil; (4) menganalisis situasi dan kondisi yang terkait
dengan tujuan yang akan dicapai. Situasi dan kondisi yang dianalisis misalnya
ekonomi, politik, sistem nilai, adat istiadat, keyakinan, serta cita-cita.
Dalam analisis ini penekanannya terutama pada pengungkapan faktor-faktor
penunjang maupun penghambat pencapai tujuan ; (5) menetapkan kegiatan-kegiatan
apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan-kegiatan yang
ditetapkan sudah mempertimbangkan faktor-faktor penunjang maupun penghambat
pencapaian tujuan yang diperoleh dari hasil analisis terhadap situasi dan
kondisi yang terkait dengan tujuan yang akan dicapai; (6) Menetapkan urutan
hirarkhis dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan (7) Menetapkan
alternatif kegiatan-kegiatan lain untuk mengantisipasi kemungkinan tidak
efektif dan tidak efisiennya kegiatan-kegiatan yang ditetapkan sebaagi
kegiatan-kegiatan utama untuk mencapai tujuan; (8) Menetapkan urutan hirarkhis
dari kegiatan-kegiatan alternatif pengganti kegiatan-kegiatan utama (9)
Memerinci waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan, dan (10)
Menetapkan personalia pelaksana setiap kegiatan.
Kemampuan Perencana
Uraian tentang pengertian, prinsip,
dan tahap-tahap perencanan sebagaimana dikemukakan di atas menyiratkan sejumlah
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perencana agar dapat dihasilkan
rencana yang efektif dan efisien. Pada pokoknya kemampuan-kemampuan yang
dituntut dari seorang perencana meliputi : (1) Kemampuan memprediksi keadaan
masa datang. Dengan kemampuan memprediksi yang memadai, akan dihasilkan rencana
yang tidak mengalami banyak perubahan saat di laksanakan nanti (2) Kemampuan
menganalisis kondisi nyata saat perencanaa dilakukan. Kemampuan ini
sesungguhnya merupakan dasar bagi pengadaan prediksi yang tepat. Dengan
menganalisis secara tepat kondisi nyata saat perencanaan dilakukan, sebagian
dari prediksi yang tepat telah dilewati dan (3) Kemampuan melakukan
perhitungan-perhitungan matematis yang akurat. Kemampuan ini sesungguhnya
menjadi dasar bagi pengadaan analisis kondisi nyata secara akurat untuk
keperluan perencanaan, maupun diperlukan untuk melakukan
perhitungan-perhitungan matematis saat melakukan perencanaan.
Betapa pun besarnya kemampuan
seseorang dalam melakukan perencanaan, manusia tetap memiliki keterbatasan
dalam melakukan perencanaan. Apalagi bila perencanaan yang dilakukan manyangkut
suatu lembaga yang besar.l oleh karena itu , dalam perencanan diperlukan kerja
sama antara berbagai pihak dengan spesifikasi kemampuan masing-masing.
Joseph L. Massie (1979) misalnya,
mengemukakan lima kegiatan dalam perencanaan yang perlu ditangani oleh
orang-orang dengan spesifikasi kemampuan yang relevan untuk menangani kegiatan
itu. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: (1) menetapkan tujuan utama dan
menengah ( setting primary and intermediate goals). Pada
perusahaan-perusahaan bisnis, tujuan utama bisanya ditetapkan oleh pimpinan
tertinggi dan para pemegang saham. Sedangkan tujuan yang lebih operasional
dikembangkan oleh para wakil dan kepala bagian; (2) mempelajari peluang ( search
for opportunities. kemampuan yang dituntut dari orang yang melakukan
tugas ini adalah kemampuan menganalisis kondisi nyata. Pada perusahaan
–perusahaan bisnis, tugas ini biasanya dilakukan oleh periset pasar dan peramal
ekonomi; (3) menyusun rencana. Kemampuan yang dituntut dari perumus rencana
adalah menerjemahkan hasil analisis dan hasil prediksi menjadi strategi,
kebijakan, dan program kerja. Pada perusahaan bisnis tugas ini biasanya
dilakukan oleh asisten manejer dan pengembangan program dan (4) menentukan
batas minimal dari hasil yang harus dicapai dalam pelaksanaan rencana. Pada
perusahaan bisnis tugas ini dikakukan oleh menejer operasional.
Tingkat-tingkat Perencanaan
Suatu perencanaan bisa merupakan
perencanaan sempit bisa juga merupakan perencanaan luas. Sempit luasnya suatu
perencanaan transparan antara lain dalam kehidupan bernegara. Tingkat-tingkat
perencanaan negara di Indonesia dari luas ke yang sempit adalah sebagai
berikut: (1) perencanaan nasional. Sebagaimana telah dikemukakan pada awal
tulusan ini, perencanaan nasional di negeri ini terbagi dalam 25 tahun rencana
jangka panjang, 5 tahun rencana jangka menengah dan 1 tahun rencana jangka
pendek. Bentuk paling konkret dari perencanaan nasional adalah Garis Besar
Haluan Negara (GBH) sebagi acuan untuj pembangunan 5 tahun; (2) perencanaan
pemerintah. Perencanaan pemerin tha adalah perancanaan yang telah dilakukan
oleh pemerintah pusat dan hasilnya berupa peraturan pemerintah dan ditetapkan
oleh presiden; (3) perencanaan departemen. Perencanaan departemen adalah
perencanaan yang dilakukan oleh masing-masing departemen di pusat dan hasilnya
berupa Surat Keputusan Menteri;(4) perencanaan propinsi. Perencanaan propinsi
adalah perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah propinsi dan hasilnya berupa
Surat Keputusan Gubernur; (5) perencanaan kabupaten. Perencanaan kabupaten
adalah perencanaan yang dilakukan pemerintah kabupaten dan hasilnya berupa
Surat Keputusan Bupati; (6) Perencanaan Kecamatan. Perencanaan kecamatan adalah
perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah kecamatan dan hasilnya berupa
program kerja kecamatan dan (7) perencanaan desa / kelurahaan. Perencanaan
desa/kelurahaan adalah perencanaan yang dilakukan pemerintah desa/kelurahan dan
hasilnya berupa program kerja desa/kelurahaan
Perencanaan Pendidikan
Mengacu pada definisi perencanaan
yannng dikemukakan di depan, perencanaan pendidikan dapat di definisikan
sebagai upaya menentukan apa yang akan dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan,
bilamana dikerjakan, di mana dikerjakan, serta siapa yang mengerjakan, untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Sebagaimana halnya tingkat-tingkat
perencanaan negara, perencanaan pendidikan pun bertingkat-tingkat, dari
perencanaan nasional hingga perencanaan tingkat kecamatan. Selain itu, karena
pendidikan terdiri atas pendidikan sekolah dan luar sekolah, serta pendidikan
sekolah berjenis dan berjenjang, maka terdapat perencanaan pendidikan sekolah
dan luar sekolah, serta perencanaan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Perencanan pendidikan biasanya
dilakukan berdasarkan pendekatan tertentu. Pendekatan-pendekatan dalam
perencanaan pendidikan dapat dikelompokan menjadi dua, yauti pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Yang termasuk pendekatan kuantitatif
adalah pendekatan Analisis Tenaga Kerja (ManPower Analisis) dan pendekatan
untung rugi (Cost Benefit). Sedangkan yang termasuk pemdekatan kualitatif
adalah pendekatan Sumber Daya Manusia ( Human Resource) dan pendekatan Sosial
Budaya ( Socio Cultural). (1) pendekatan Analisis Tenaga Kerja. Pendekatan ini
berangkat dari ananlisi tenaga kerja serta projeksi kebutuhan tenaga kerja
berdasarkan hasil analisis tersebut. Dalam pendekatan ini, keseimbangan anatara
produksi lembaga pemdidikan dan perminataan lapangan kerja diperhitungkan
secara ketat. (2) Pendekatan Untung Rugi. Dalam pendekatan ini dibuat
perhitungan perbandingna anatra biaya yang dikeluarkan untuk penyelengaraan
pedidikan serta keuntungan yang akan siperoleh dari hasil pendidikan.
Pendekatan ini melihat pendidikan sebagai upaya investasi yang harus memberikan
keuntungan nyata pada saat nanti. (3) pendekatan Sumber daya manusia.
Pendekatan ini lebih menentukan pengembangan potensi manusia secara utuh. Dalam
berkembangnya potensi manusia secara utuh dan maksimal, berbagai lowongan kerja
diharapkan akan dapat dimasuki oleh keluaran pendidikan sesuai dengan minat dan
kemampuannya dan (4) Pendekatan Sosial Budaya. Pendekatan ini bertolak
dari analisis terhadap persoalan-persoalan budaya yang sedang aktual dalam masyarakat.
Budaya yang menghambat kemajuan masyarakat seperti menganggap rendah pekerjaan
diluar pegawai negeri, menganggap rendah sekolah kejuruan, serta budaya santai
dijadikan acuan dalam perencanaan pendidikan. Diharapkan, melalui pendidikan,
budaya-budaya itu akan berkurang.
Tugas
- Kemukakan suatu definisi dari perencanaan dengan
kalimat saudara.
- Apa yang akan terjadi bila suatu lembaga tidak
mempunyai rencana yang disusun dengan baik ?
- Apakah penentuan tujuan harus selalu ditempatkan pada
urutan pertama perencanaan ? Jelaskan !
- Mengapa perencanaan harus fleksibel ?
- Apakah seorang guru juga tergolongkan perencanaan
pendidikan ?
- Analisislah kondisi sosio budaya masyarakat di Rukun
Tetangga tempat tinggal saudara, kemudian rencanakanlah suatu program
pendidikan jangka pendek untuk meningkatkan taraf hidup mereka
- Kemukakan keunggulan maupun kelemahan pendekatan
analisis tenaga kerja dalam perencanaan pendidikan.
- Kemukakan keunggulan maupun kelemahan pendekatan sumber
daya manusia dalam perencanaan pendidikan.
- Menurut pengamatan saudara, pendekatan perencanaan
pendidikan apakah yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan saat ini
? Apa saran Saudara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan dengan pendekatan tersebut ?
DAFTAR
PUSTAKA
Ardhana, I Wayan. (penyunting). 1986.
Pengantar Dasar‑dasar Kependidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP
MALANG.
Atmosudirdjo, Prajudi. 1982.
Adminisrrasi dan Manajemen Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Battle, J.A. & Shannon, L.
Robert. 1986. The New Idea in Education. New York, Evanstor and London
Harper & Row, Publisher,
Breeby, C.F. 1984. Perencanaan dan
Administrator Pendidikan (diterjemahkan oleh Istiwidayanti). Jakarta: Penerbit Bhatara Karya Aksara.
Coombs. Philip, H. 19 70. What is
Educational Planning. Paris: Unesco.
Kartidirdjo, Sartono. 1993.
Pembangunan Bangsa. Yogyakarta: Aditya Media.
Majelis Permusyawaratan Rakyat. 1990.
Peraturan Pelaksanan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Armas Duta Jaya
Majelis Perniusyawaratan Rakyat. 1993.
Ketetapan‑ketetapan MPR Republik Indonesia. Surabaya: Bina Pustaka Tama.
Massie, Joseph. L. 1979.
Essentials of Management New York. Pretice Hall. Inc. Englewood
Cliffs.
Semiawan, Conny & Soedijarto
(edit). 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang
Aad XXI. Jakarta: Gramedia Widjasarana.
Tim Down FIP IKIP MALANG. 1980.
Pengantar Dasar‑dwar Kependidikan. Surabaya Usaha Nasional.
Vaizey, John. 1967. Education
in the Modern World NeW York. Mc. Graw Hill, Book Company.
Veeger, K.J. 1985. Realitas
Sosial Jakarta: Gramedia.
*Materi saya dapat saat menempuh
semester 1 di UNIVERSITAS NEGERI MALANG, mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN.
Semoga apa yang saya share ini bermanfaat bagi kita semua, amin ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar